dewata nawa sanga dalam tubuh manusia
AnggaraKasih atau biasa disebut dengan Anggar Kasih dirayakan setiap sapta wara atau hari Selasa (Anggara) dengan panca wara Kliwon. Selama enam bulan atau 210 hari, umat Hindu merayakan enam kali hari raya ini yakni Anggara Kasih Kulantir, Anggara Kasih Julungwangi, Anggara Kasih Medangsia, Anggara Kasih Tambir, Anggara Kasih Prangbakat, dan Anggara Kasih Dukut.
beginicara menempatkan sang hyang dasa aksara didalam badan, yang merupakan linggih (stana dewata nawa Sanga) di dalam tubuh manusia, diantaranya; sa ditempatkan di jantung, dewa Iswara. ba ditempatkan di hati, dewa Brahma. ta ditempatkan di ginjal, dewa Mahadewa. a ditempatkan di empedu, dewa Wisnu. I ditempatkan di dasar hati, dewa Siwa.
Ekspresiwajah manusia dengan berbagai karakter dan dinamikanya nampak menunjukkan ekspresi yang bermacam-macam, ada yang sedih, gembira, senang,
Sangaini merupakan bagian tubuh/organ dalam . manusia seperti: jantung, ginjal, paru-paru dan Dewata Nawa Sanga ini merupakan lanjutan dari . tubuh bagian dalam manusia dari para Dewata .
dalamtubuh manusia, menyebutkan tentang nama Dewa Nawa Sanga yang mengirimkan berbagai jenis penyakit, juga menguraikan tentang tata cara dalam mempergunakan jimat, tetapi hendaknya mengerti akan fungsi dan peranan dari Dewata Nawa Sanga yang bersemayam
Schrot Und Korn Sie Sucht Ihn. 100% found this document useful 5 votes3K views75 pagesDescriptionHindu memiliki banyak konsep keagamaan yang belum digali secara mendalam. Salah satu konsep yang sangat menarik adalah Pengider-ider Dewata Nawasanga. Pengider-ider Dewata Nawasangga menyangkut banyak aspek dalam kehidupan budaya dan agama Hindu baik Bhuana Agung maupun Bhuana Alit. Dalam hubungannya dengan Bhuana Agung akan terkait dengan konsep tata ruang baik pembangunan tempat tinggal maupun pembangunan tempat suci, pelaksanaan ritual keagamaan dari Butha Yadnya, Manusia Yadnya, Rsi Yadnya, Pitra Yadnya dan Dewa Yadnya. Dalam hubungannya dengan Buana Alit akan sangat terkait dengan kelahiran dan kesehatan manusia. Hal tersebut di atas sangat menarik untuk dijadikan penelitian. Dari uraiaan tersebut dapat di identifikasi beberapa persoalan yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut 1. Bagaimana konsepsi dan varian Pengider-ider Dewata Nawa Sanga ? ; 2. Bagaimana aplikasi Pengider-ider Dewata Nawa Sanga pada bhuana alit dan bhuana agung ? 3. Bagaimana pengaruh Pengider-ider Dewata Nawa Sanga terhadap kesehatan manusia? Secara metodik, penelitian ini mengunakan metode dikupulkan melalui teknik kepustakaan, wawancara dan observasi. Data dianalisis dengan mengelompokkan, reduksi dan interpretasi yang hasilnya dideskripsikan untuk memberikan gambaran tentang fenomena permasalahan yang diajukan. Berdasarkan hasil pengumpulan data dan analisis data maka kemudian diabstraksikan berkenaan dengan konsepsi dan varian Pengider-ider Dewata Nawa Sanga, aplikasi Pengider-ider Dewata Nawa Sanga pada bhuana alit dan bhuana agung, dan pengaruh Pengider-ider Dewata Nawa Sanga terhadap kesehatan manusia. Pengider-ider Dewata Nawa Sanga merupakan salah satu konsep teologis Agama Hindu. Di Indonesia diwarisi konsepsi Siwaistis khususnya Siwa Sidhanta sebagai yang mendominsi atas sistem yang lainya. Konsepsi Pengider-ider Dewata Nawa Sanga pada dasarnya memiliki pijakan yang sama antara sumber-satu dengan yang lainya namun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Dewata Nawa Sanga bukan hanya merupakan konsep teologi bagi ajaran Siwa Sidhanta di Bali namun juga merupakan sebuah konsep yang dapat diaplikasikan dalam berbagai hal. Misalnya dalam dunia pengobatan tradisional bali atau yang lebih sering disebut Usadha Bali. Keseimbangan bhuana alit dan bhuana agung akan membawa keharmonisan dan juga keseimbangan sehingga tujuan utama umat Hindu Moksartam jagaditha ya ca iti dharma bisa dicapai. Pengaruh Pengider-ider Dewata Nawa Sanga terhadap kesehatan manusia dapat dijadikan acuan bagi manusia untuk mendeteksi secara dini tentang kesehatan dirinya untuk berhati-hati dalam menjalani kehidupan khususnya menjaga kesehatan sesuai dengan apes yang dibawa sejak lahir ke dunia. Pendeteksian bias dilakukan dengan mengetahui Panca Wara, Sapta Wara maupun Wuku seseorang dipadukan dengan susunan pengider-ider Dewata Nawa Sanga pada bhuana TitleKORELASI PENGIDER-IDER DEWATA NAWASANGA DENGAN PETENUNGAN KESEHATANCopyright© © All Rights ReservedAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?100% found this document useful 5 votes3K views75 pagesKorelasi Pengider-Ider Dewata Nawasanga Dengan Petenungan KesehatanOriginal TitleKORELASI PENGIDER-IDER DEWATA NAWASANGA DENGAN PETENUNGAN KESEHATANDescriptionHindu memiliki banyak konsep keagamaan yang belum digali secara mendalam. Salah satu konsep yang sangat menarik adalah Pengider-ider Dewata Nawasanga. Pengider-ider Dewata Nawasangga menyang…Full description
Tapak Suci Sembila DewaMudra adalah gerakan tubuh atau anggota badan , gerakan atau posisi yang mempunyai pengaruh terhadap aliran prana didalam tubuh yang juga berpengaruh kepada kejiwaan . di Bali istilah Mudra sering di sebut dengan Tetanganan. adapun mampaat berlatih dan belajar Mudra Nawa Sanga adalah sebagai berikut Dapat merangsang dan menggerakan pembuluh – pembuluh dalam badan,Api dalam perut tenaga dalam, diperbesar hingga terhimpum tenaga dalam yang berpusat di perut pusar,membersihkan dan membuka Nadhis, yaitu pembuluh tempat mengalirnya tenaga atau energi cakra.,Membersihkan dan membuka Garanthi , yaitu simpul Nadhis yang merupakan tempat bertemunya beberapa Nadhis,Menggetarkan Dewa Dewa yang bersemayam dalam Cakra Cakra untuk memudahkan Cakra dan membangkitkan api Kundalini,untuk mencapai kesempurnaan yoga. Seorang Yogi atau Yogini yang mengesampingkan latihan Mudra atau hanya berlatih satu atau dua Mudra saja , sehingga tidak lengkap , akan mengalami kegagalan Yoga. silahkan hubungi Pesraman Perguruan Seruling Dewata, bila ingin mendapatkan informasi lebih lanjut .”Beberapa contoh mudra Nawa Sangga”, seperti Mudra Iswara, Mudra Wisnu, Mudra Rudra, Mudra Mahadewa, Mudra Maheswara, Mudra Sambu, Mudra Sangkara, Mudra Brahma dan Mudra Siwa. Mudra Nawa Sangga merupakan bentuk sikap para Dewa Tuhan, ketika sedang bersemadhi. Mudra ini harus di latih secara lengkap, tidak boleh berlatih hanya sebagian atau hanya mudra tertentu saja agar seluruh Nadhis dan Garanthi di bersihkan. apabila Mudra ini dilatih dengan tekun oleh seorang Yogi, maka akan membantu Yogi tersebut akan mencapai kesempurnaan yoga.Ki Nantra, buku Pra Kundalini, hal 27.Mudra Nawa Sanga secara lengkap adalah tahapan awal atau dasar atau pondasi latihan Cakra dan pembangkitan Kundalini. Meditasi pembukaan Cakra tanpa di awali latihan Mudra Nawa Sanga dapat berakibat buruk. Cakra yang telah terbuka disetiap putarannya memancarkan tenaga atau energi. kemudian energi atau tenaga ini mengalir keseluruh tubuh manusia malalui Nadhis, dan Garanthi. kalau seseorang belum berlatih Mudra tentu Nadhis atau Garanthis tidak bersih atau masih kotor dan tertutup. energi Cakra yang sudah terbuka akan membobol Nadhis dan Garanthis secara paksa. kekotoran Nahis atau Garanthis ikut dipancarkan keseluruh tubuh dan mengendap di bagian tertentu. kekotoran Nadhis dan Garanthis yang mengendap di organ tubuh tertentu dapat mengganngu fungsi organ tubuh bersangkutan. fungsin organ yang terganggu akan menimbulkan berbagai gangguan penyakit. banyak penulis lihat praktisi Cakra dan Kundalini yang mengumpulkan sejumlah orang baru kemudian dibukakan Cakranya semua langsung begitu saja. setiap orang selama 5-15 menit. tentunya Guru atau Master tidak tahu dan tidak memperhatikan apakah Nahis atau Garanthis orang baru dilihatnya itu sudah terbuka , bersih atau belum ?, hal ini tentunya bisa berakibat buruk bagi orang yang dibuka Cakranya dan ini sudah tentu merupaan suatu kesalahan besar, karena kelalaian dan kurang lengkapnya pengetahuan tentang Cakra dan Kundalini . Sebaiknya menurut Ki Nantra , sesepuh generasi IX Perguruan Seruling Dewata sebelum membuka Cakra sebelumnya harus melakukan latihan Mudra sedikitnya 1-2 Contoh Mudra yaitu Mudra Iswara duduk bersila dengan, kaki kanan disepan “Suastik Asana”, kedua tangan mekar, ujung jari ditengah, dan ibu jari bertemu, tangan kiri di lutut kiri, tangan kanan di didepan dada, jari jari menghadap ke atas, telapak tangan menghadap kekiri, inilah Mudra Iswara serta pengertian lebih luas tentang Mudra Dalam buku Mudra yang ditulis oleh Sesepuh Generasi IX Ki Nantra Mudra dikatakan mempunyai pengertian sebagai ujung atau merupakan sikap sikap tangan atau sebagai gerak gerak tangan yang mempunyai nilai atau kekuatan magis. secara morfologi Mudra dalam bahasa Sansekerta tidaklah dapat kita pisahkan , karena kata Mudra ini merupakan satu kata, hal ini dapat kita buktikan dengan adanya kata Mudra dalam bahasa jawa kuno yang asalnya dari bahasa Sansekerta secara etimologi berarti sikap tangan. Pengertian lainnya bahwa Mudra merupakan yang berfungsi untuk melindungi Bhuana Alit dan Bhuana Agung, di Bhuana Agung Mudra ini merupakan senjata Nawa Dewata yang jumlahnya sembilan buah senjata. Sedangkan Mudra senjata, yang dibentuk berdasarkan gerak tangan ini jumlahnya lebih kurang 16 enam belas yang dihitung berdasarkan pengider – ider satu bertempat ditengah sehingga jumlahnya menjadi 17 tujuh belas buah senjata yang mempunyai wujud dan fungsi sendiri. Mudra ini kebanyakan di pakai oleh sulinggih pada saat memuja atau melakukan upacara yang menggarisbawahi mantra. perpaduan seni Mudra dari agama ini mempunyai dasar simbolik yoga, seperti penyatuan Buddha di Bali kepada Wairocana, dengan wujud lainnya yaitu Dhyani Bodhi Sattwa Samantabhara. Hindu menyatu dalam Ciwa yang menyebutkan hidup dan gerak alam jasmani dan rohani. jadi sesungguhnya dari pengertian ini mudra adalah merupakan sikap tanagan dan senjata Nawa Dewata dan Dhyani Buddha di Bhuana banyak bentuk Mudra kita jumpai dalam meditasi Kanda Pat, meditasi Ajian, Mudra Pengusadha, Mudra Yoga dalam ilmu silat tingkat tinggi dan Kanda Pat di Perguruan Seruling Dewata ada sekitar 57 macam Mudra, diantaranya Mudra Madu Kama, Mudra Panunggalan Semara, Mudra Pemutus Semara, Mudra Somyaning Butha , Mudra Penundung Bhuta, Mudra Pemrelina Butha, Mudra Pengancing Garba, Mudra Pemungkah Lawang, Mudra Pengempon Rare, Mudra sarining Merta, Mudra Sarining Ucap, Mudra Sarining Raksa, Mudra Urip Waras, Mudra Raksa Kemit, Mudra Merta Buana, Mudra Pengampak ada ribuan Mudra Ajian Ajian seperti Mudra Panca Dewata, Mudra Panca Brahma, Mudra Teja Angga Sarira, Mudra Pemalik Sumpah , Mudra Geni Prelina, Mudra Teterek, Mudra Nawa Sanga, Mudra Asta Bawa, Mudra Ong Kara Mumbul, Mudra Dharma Caruban, Mudra Wenara Petak, Mudra Suniata, Mudra Gunasih Aji Tastra, Mudra Durga Maya, Mudra Nesti Krodha Namo Dayah, Mudra Lampah Ing Lampah, Mudra Mandala Geni, Mudra Wesi Kuning, Mudra Tunggang Maruta, dan lain dalam pengobatan Ilmu Bali Kuno yang terdapat dalam Pustakan “Walian-Cakti-Yoga-Cara-Bhumi-Castra”, ada banyak mudra berkaitan dengan penyembuhan penyakit di antaranya 12 macam Mudra Pantog Rah yaitu bentuk sikap jari tangan yang biasa dipergunakan dalam menotok aliran darah, ” Surya Mudra ” untuk mengobati penyakit karena angin seperti masuk angin, keringat dingin, perut kembung dan lain sebagainya. “Pertiwi Mudra ” untuk menyembuhkan penyakit kuku, tulang, kulit dan sebagainya, “Waruna Mudra” untuk mengobati penyakit perut dan apru paru, “Wisia Mudra” untuk menolak bisa, racun, cetik, dan sebagainya. “Wresada Mudra” untuk menolak berbagai gangguan Mudra pula kita dapati pada benda benda budaya dan seni budaya, seperti gerak Mudra pada tari – tarian sakral maupun tidak sakral, sikap tangan pada patung pratima dan gerak tangan pada seni wayang. Sikap tangan yang dipergunakan umumnya telah mengalami perubahan sesuai dengan karakteristik seni itu sendiri. Untuk memberikan gambaran bahwa sikap Mudra ini dipergunakan pada seni budaya misalnya seperti sikap Amusti, sikap Kuta Mantra sikap menyembah, Akasamudra , Kepalamudra, Wrasadamudra, dan Astramudra. Perubahan sikap ini menjadi Ngiting, Nuding, Jeriring, Manganjali dan lain sebagainya. Disamping sikap tangan yang berasal dari Mudra, gerakan juga bersumber dari alam fauna dan flora seperti sayur mayur, nuduk bungan tunjung, gelatik nuwut muring, dan yang lainnnya. Setelah dipadukan menjadi sikap dan gerak tari sebagaimana yang kita dapati saat jelasnya lagi bahwa Mudra itu betul betul dipergunakan pada seni budaya, seperti sikpa tangan patung mempergunakan sikap Dhyana Mudra, Ngawa Sari, dan Amusti. di sadur dari buku Mudra, Paiketan Perguruan Seruling Dewata, di tulis oleh Ki Nantra.Mantram Guru untuk menjadikan para Dewa sebagai Guru rohani atau Guru Spriritual , seseorang harus memohonya sendiri secara langsung kepada “Dewata Nawa Sanga” dengan merapalkan suatu mantram yang dinamakan Mantram Guru. Disamping merapalkan Mantram Guru, untuk selalu mendekatkan diri kepada para Dewa, manusia harus memuja para Dewa setiap hari sesuai ketentuan dengan menggunakan Astawa yang dinamakan “Nawa Sangga Astawa”. Adapun yang dinamakan Mantram Guru adalah sebagai berikut dan semua siswa harus merahasiakannya kepada orang lain karena merupakan kunci penghubung untuk mendapatkan bimbingan rohani dari para Dewa. Silahkan hubungi Mandala atau Pesraman, bila ingin mengetahuai rahasia dari Mantram Guru yang maha suci ini. Seorang manusia yang telah bersungguh sungguh bertekad menjadikan para Dewa sebagai Guru Rohani, Guru Spiritual harus merapalkan mantram ini selama melakukan Tapa Iswara, Tapa Wisnu, Tapa Rudra, Tapa Mahadewa, Tapa Maheswara, Tapa Sambu Sangkara, Tapa Brahma dan Tapa Sanga Astawa Penjelasan mengenai “Nawa Sanga Astawa”, pada intinya Nawa Sanga Astawa adalah sembilan mantram utama yang maha Rahasia. Disini disebutkan sebagai Mantram Sembilan Mantram Utama, hanyalah untuk memudahkan pengertian semata. Karena dalam Perguruan Seruling Dewata sejak jaman dahulu sudah ada ketentuan “hanya kata kata suci dalam kitab suci Weda yang boleh disebut Mantram, diluar itu semua disebut sebagai Astawa, Puja, Stute, Sloka dan sebagainya”. Nawa Sanga Astawa terdiri dari Iswara Astawa, Wisnu Astawa, Rudra Astawa, Mahadewa Astawa, Maheswara Astawa,Sambu Astawa, Sangkara Astawa, Brahma Astawa, Siwa Astawa, manfaat yang diperoleh bagi seseorang yang rajin melakukan dan melaksanakan Nawa Sanga Astawa secara umum adalah Membersihkan atau menyucikan atman dari dosa – dosa kelahiran terdahulu, penyucian ini dilakukan oleh Dewa yang diri dari gangguan niskala. Pada saat memuja Dewa menyucikan kita dengan sinar sucinya, kalau saat itu ada gangguan niskala sinar suci Dewa yang dipuja memusnahkan gangguan saat itu dari alam neraka yang penug dengan siksaan , Yogi dan Yogini yang rajin melakukan dan memuja Dewa Nawa Sanga akan terhindar dari neraka, karena Dewa yang dipujanya akan memberikan anugrah Dewa Stana yaitu tinggal di alam Dewa untukbermeditasi sampai mencapai manusia kearah Moksa, manunggal keesaan Hyang Widhi sebagai tujuan tertinggi dari agama kita. Silahkan hubungi Mandala Tapak Suci atau Pesraman, bila ingin mengetahuai rahasia dari Nawa Sanga Astawa maha suci ini.Doa baik berupa Mantram, Astawa, Stute, Sloka, dan sebagainya dapat dikelompokan atas beberapa macam, namun untuk memudahkan pengertian mantram, berikut beberapa jenis mantram antara lain Paroksa Mantram, yaitu mantram yang memiliki tingkat kesukaran yang paling tinggi, mantram jenis ini hanya dapat dijangkau arti dan maknanya lewat petunjuk yang d wahyukan oleh Hyang Widhi / Dewa-Dewa,Adyatmika Mantram , yaitu mantram yang memiliki tingkat kesukaran yang sedang , mantram ini dapat dimengerti maknanya melalui proses penyician diri. orang yang rohaninya masih kotor tidak mampu memahami arti dan makna Mantran Mantram, yaitu mantram yang mudah dipahami. untuk mengungkap arti dan makna mantram ini cukup mengandalkan kecerdasan pikiran dan Mantram, yaitu mantram yang di ucapkan untuk pencerahan rohani, memperoleh sinar, kebijaksanaan, memperoleh kasih sayang yang tertinggi dari Hyang Widhi dan mendapatkan cinta kasih dan perwujudan Hyang Mantram, yaitu mantram yang diucapkan untuk memperoleh kekayaan , keselamatan, dan kemakmuran Mantram, yaitu mantram yang diucapkan untuk mendamaikan para Bhutakala, untuk melawan dan menghancurkan Bhutakala dan dari berbagai gangguan dari ilmu hitam Nawa Sanga secara lengkap adalah tahapan awal atau dasar atau pondasi latihan Cakra dan pembangkitan Kundalini. Meditasi pembukaan Cakra tanpa di awali latihan Mudra Nawa Sanga dapat berakibat buruk. Cakra yang telah terbuka disetiap putarannya memancarkan tenaga atau energi. Kemudian energi atau tenaga ini mengalir keseluruh tubuh manusia malalui Nadhis, dan Garanthi. kalau seseorang belum berlatih Mudra tentu Nadhis atau Garanthis tidak bersih atau masih kotor dan tertutup. energi Cakra yang sudah terbuka akan membobol Nadhis dan Garanthis secara paksa. kekotoran Nahis atau Garanthis ikut dipancarkan keseluruh tubuh dan mengendap di bagian tertentu. kekotoran Nadhis dan Garanthis yang mengendap di organ tubuh tertentu dapat mengganngu fungsi organ tubuh bersangkutan. fungsin organ yang terganggu akan menimbulkan berbagai gangguan penyakit. banyak penulis lihat praktisi Cakra dan Kundalini yang mengumpulkan sejumlah orang baru kemudian dibukakan Cakranya semua langsung begitu saja. Setiap orang selama 5-15 menit. tentunya Guru atau Master tidak tahu dan tidak memperhatikan apakah Nahis atau Garanthis orang baru dilihatnya itu sudah terbuka, bersih atau belum ?, hal ini tentunya bisa berakibat buruk bagi orang yang dibuka Cakranya dan ini sudah tentu merupaan suatu kesalahan besar, karena kelalaian dan kurang lengkapnya pengetahuan tentang Cakra dan Kundalini. Sebaiknya menurut Ki Nantra Sesepuh Generasi IX Perguruan Seruling Dewata sebelum membuka Cakra sebelumnya harus melakukan latihan Mudra sedikitnya 1-2 singkat mengenai Materi Tapak Suci Sembilan Dewa Seorang yogi untuk mendapatkan 2 dua anugrah utama yaitu “Padma Mandala“ dan Dewa Sthana, harus melakukan 9 sembilan, tahapan yang dinamakan “Tapa Nawa Sanga”, kesembilan Tapa Nawa Sanga tersebut adalah Tapa Iswara,Tapa Wisnu,Tapa Rudra,Tapa Mahadewa,Tapa Maheswara,Tapa Sambu,Tapa Sangkara,Tapa Brahma,Tapa Padma Mandala adalah anugerah disucikan dan dilindungi oleh Dewa-Dewa dari segala penjuru. “Anugerah Dewa Sthana“ adalah anugerah bisa tinggal dialam Dewa saat meninggal dan mendapat bimbingan rohani secara langsung dari Dewa dalam melakukan Samadhi sampai mencapai Yogi/Yogini yang melakukan Tapa Nawa Sanga, melaksanakan materi pokok tiap-tiap Tapa, sebanyak 24 dua puluh empat, kali latihan dengan ketentuan 1satu kali latihan di Pasraman/Padepokan yang dinamakan Mula Tapa dan 7 tujuh kali di Mandala masing-masing dan 16 enam belas kali dilakukan mandiri dirumah kegiatan akhir dari tiap-tiap Tapa, maka diadakan Tirta Yatra, ke Pura dimana kesembilan Dewa Nawa Sanga bersthana, seperti misalnya Tapa Iswara nutup tapa di Pura Lempuyang, Tapa Wisnu Tutup Tapa di Pura Ulun Danu, dan yang lainnya sesuai dengan tempat dimana Pura, Dewa tersebut melakukan Tutup Tapa, dilanjutkan dengan latihan mental, berupa Harta Dana setulus hati untuk pembangunan Pasraman/ Cara Nawa SangaNawa Sanga Yogacara adalah sembilan rangkaian sikap tubuh yang merupakan sikap sikap para Dewa Nawa Sanga sedang melakukan Yogacara. Kesembilan Yogacara ini adalahIswara Yogacara,Wisnu Yogacara,Rudra Yogacara,Mahadewa Yoagasara,Maheswara Yogasara,Sambu Yogasara,Sangkara Yogasara,Brahma Yogasara,Siwa lebih lanjut silahkan hubungi Pesraman Perguruan Seruling Dewata. sikap sikap Yogacara ini juga dapat difungsikan sebagai sikap sikap pencak silat . jumlah sikap atau gerakan dari masing masing yogacara ini dari masing masing Dewa Nawa Sanga sesuai dengan jumlah uripnya, seperti Iswara Yogacara terdiri dari 5 gerakan , Wisnu Yogacara terdiri dari 4 sikap atau gerakan, Rudra Yogacara terdiri dari 3 sikap atau gerakan , Mahadewa Yogacara terdiri dari 7 sikap atau gerakan, Maheswara Yogacara terdiri dari 8 sikap atau gerakan, Sambu Yogacara terdiri dari 6 gerakan atau sikap, Sangkara Yogacara terdiri dari 1 gerakan atau sikap, Brahma Yogacara terdiri dari 9 sikap atau gerakan sedangkan Ciwa Yogacara terdiri dari 8 sikap atau gerakan penulis akan memberikan lima contoh Yogacara yaitu Iswara Yogacara , Wisnu Yogacara, Rudra Yogacara, Mahadewa Yogacara, dan Maheswara Yogacara Iswara Yogacara 4 dari 5 gerakan Yoga Kaki Kiri geser kebelakang tekuk. Kaki Kanan didepan lurus. Tubuh rendah dan doyong kebelakang ” kesamping Kiri”, dada dibusungkan. Kedua tanagn mekar , tangan kiri diatas kepala, tangan kanan diketiak kiri. Mata memandang lurus kanan angkat, turunkan didepan lalu kaki kiri maju tekuk, kaki kanan dibelakang lurus “K. Doyong Depan” tubuh rendah dan doyong kedepan, daad dibusungkan. Keua tangan mekar. Keduanya menyerang kedepan dengan tapak tangan. Mata memandang lurus kanan angkat turunkan disamping kiri. Lalu kaki kiri geser kekiri melewati kaki kanan tekuk, kaki kanan lurus “K doyong kesamping kiri” tubunh rendah dan doyong kekiri , dada dibusungkan. Kedua tangan mekar, tangan kiri menagkis kekiri sikut tekuk, tapak dibelakang. Tangan kanan menyerang kedepan dengan tapak tangan. Mata memandang lurus hadap kanan, kaki kanan angkat turunkan didepan lalu kaki kiri maju “K. siku-siku”, kedua lutut tekuk, tubuh rendah dan dada dibusungkan. Kedua tangan mekar menyerang kekiri dan kekanan dengan tapak tangan. Mata memandang kedepan luruswisnu yogacaraKaki kanan maju ke depan, kedua lutut ditekuk “ tubuh rendah dan punggung tangan mekar. Tangan kiri menekan kebawah siku tekuk kekiri, tapak dibawah jari dikanan. Tangan kanan mendorong kedepan atas dengan tapak tangan, siku tekuk jari diatas, mata memandang lurus kiri maju, tubuh miring kekanan kedua lutut “K kangkang”, tubuh rendah, punngung tangan mekar mendorong kebawah bersamaan, sikut tekuk keluar, tapak dibawah jari didalam. Mata memandang kiri didepan tekuk, kaki kanan di belakang lurus “K Doyong Kedepan”, tubuh rendah dan doyong kedepan, dada dibusungkan. Kedua tangan mekar .tangan kanan mendorong kedepan atas, sikut tekuk tapak didepan, jari diatas. Tangan kiri diketiak kanan tapak dikanan jari diatas. Mata memandang lurus tubuh miring kekanan. Kaki kanan angkat ” K. Berdiri satu kaki ” kedua tangan mekar .tangan kanan menyerang kebelakang bawah, jari dikanan, tapak dibelakang kiri dipundak kanan jari diatas. Mata memandang kebelakang Yogacarai. Kaki kiri geser kebelakang tekuk, kaki kanan didepan lutut “K. Doyong Kesamping kiri” tubuh rendah dan doyong kebelakang, dada dibusungkan. Kedua tangan mekar gerakan bersamaan, tangan kiri kekiri belakang , sikut ditekuk keras, tapak diatas, ujung jari dikiri belakang Tangan kanan gerakan kedepan, sikut sedikit ditekuk , tapak diatas, jari diatas. Mata memandang lurus Kaki kanan didepan “K. Tapak Ngandang” , perlahan kaki kiri diangkat membentuk “ satu kaki”. Kedua tangan mekar .tangan kiri gerakan kedepan setinggi pundak sikut tekuk, tapak diatas, jari kanan melintang didepan leher, siu tekuk tapak didepan, jari dikiri. Mata memandang lurus Kaki kiri turunkan didepan tekuk, kaki kanan dibelakang lurus” K. doyong kedepan” tubuh rendah dan doyong kedepan, dada dibusungkan. Kedua tangan mekar, tangan kiri diatas kepala. Tangan kanan menyerang kedepan dari bawah keatas, sikut tekuk, tapak didepan atas, jari lurus kedepan bawah. Mata memandang lurus Yogacarai. Kaki kiri angkat menempel dibelakang lutut kanan. Kedua tangan kiri dipinggang kiri, tapak didepan dan jari dibawah. Tangan kanan menyerang kedepan, sikut sedikit ditekuk, tapak disepan, jari diatas. Mata memandang Kaki turunkan disamping kiri “K Kangkang”, tubuh rendah, dada dibusungkan. Kedua tangan mekar, silang didepan dada, lalu secara bersamaan kedua tangan gerakan keatas, sikut tekuk keluar, tapak diatas, jari didalam. Mata memandang lurus Kaki kanan geser kebelakang langsung balik badan. Kaki kanan didepan tekuk. Kaki kanan didepan tekuk. Kaki kiri dibelakang lurus “K. Doyong kedepan”, tubuh rendah dan dada dibusungkan. Kedua tangan kanan menyerang kekanan, tangan kiri menyerang kedepan. Mata memandang lurus Kemudian balik badan , kaki kiri angkat ” Berdiri satu kaki”, kedua tangan mekar, secara bersamaan tangan kanan menyerang kedepan dan tangan kiri menyerang kebelakang kedua tangan jarinya diatas. Mata memandang Kaki kiri turunkan didepan, lalu kaki kanan maju selangkah . kedua lutut ditekuk “ tubuh rendah adda tangan mekar . tangan kiri menyerang kekiri sikut sedikut ditekuk, tapak kiri, jari diatas. Tangan kanan menyerang kedepan, sikut sedikit ditekuk, tapak kanan didepan, jari diatas. Mata memandang lurus seterusnya ………………Maheswara Yogacarai. Kaki kanan geser kebelakang, kedua lutut tekuk ” K Siku-siku, tubuh rendah dan dada dibusungkan. Kedua tangan mekar. Tangan kiri menagnkis keluar bawah, tapak didalam. Tangan kanan menyerang kedepan, sikut sedikit ditekuk, tapak diatas .mata memandang Kaki kanan angkat tempelkan didepan lutut kiri ” Duduk tanpa Kursi”, tubuh rendah dan ada dubusungkan. Kedua tangan mekar, keduanya gerakan setinggi dada. Tangan kanan dibawah , tapak dikiri, jari dibawah. Tangan kiri diatas, tapak dikanan, jari diatas. Mata memandang lurus Kemudian posisi kaki tetap sama. Kedua tangan mekar , tangan kanan gerakan kiri gerakan ke atas, lalu kedua tangan putar sedemikian rupa sehingga membentuk posisi tangan kiri melintang datar didepan perut, tapak diatas jari kanan tegak diatas tapak tangan kiri, sikut tekuk, tapak dikiri, jari atas. Mata memandang Kemuddian posisi kaki tetap sama. Kedua tangan mekar, gerakan secara bersamaan kekiri dan kekanan setinggi dada. Kedua sikut sedikit ditekuk, tapak diluar dan jari diatas. Mata emandang lurus Kaki kanan turunkan dibelakang tekuk, kaki kiri didepan lurus “ kesamping kanan”. Tubuh rendah dan doyong kebelakang. Dada dibusungkan. Kedua tangan mekar tangan kiri gerakan lurus kanan dipundak kiri, jari diatas. Mata memandang lurus Kaki kiri di depan tekuk, kaki kanan dibelakang lurus ” K. Doyong ke Depan” tubuh rendah dan doyong kedepan, dada dibusungkan. Kedua tangan mekar, tangan kanan meyerang kedepan bawah setinggi kemaluan/pusar, sikut sedikit ditekuk, tapak didepan, jari dibawah. Tangan kanan dipundak kiri. Mata memandang lurus Yogacara i. Kaki kanan maju kedepan tekuk, kaki kiri dibelakang lurus ” K. Doyong Kedepan ” Tubuh rendah dan doyong kedepan, dada dibusungkan. Kedua tangan mekar. Tangan kanan gerakan kedepan setinggi dada, sikut sedikit ditekuk, tapak didepan , jari diatas. Tangan kiri diketiak kanan, tapak di kanan, jari diatas. Mata memandang lurus Kaki kanan angkat ” K. berdiri sati kaki”, kedua tangan mekar . tangan kanan menyerang kekanan bawah, sikut sedikit ditekuk, tapak dikanan bawah, jari didepan. Tangan kiri dipundak kanan, tapak dikanan, jari diatas. Mata memandang lurus kedepan. iii. Kaki kanan turunkan jauh disebelah kanan, lalu kaki kiri rapatkan dengan kaki kanan. Kedua tangan mekar, tangan kanan di pinggang kanan tapak didepan, jari dibawah. Tangan kiri dipundak kanan , tapak dikanan , jari diatas. Lalu secara bersamaan kedua tangan menyerang kedepan dengan tapak kanan, jari diatas, sikut ditekuk, mata memandang Kemudian hadap kanan, kaki kanan angkat ” K. Berdiri satu kaki “. Kedua tangan mekar, tangan kanan menyerang kekanan sikut ditekuk, tapak dikanan, jari diatas. Tangan kiri menyerang kedepan, sikut sedikut ditekuk, tapak didepan, jari diatas, mata memandang kedepan .Sangkara Yogacarai. Kaki kiri angkat, turunkan dikanan belakang, lalu kaki kanan mundur melewati kaki kiri tekuk, kaki kiri didepan lurus ” K. Doyong Kesamping kanan ” tubuh rendah dan doyong kebelakang. Kedua tangan cakupkan didada kanan. Kemudian secepatnya tubuh rendah dan doyong kedepan ” K. Doyong kedepan ” kedua tangan gerakan kedepan mekar didepan jari diatas, sikut sedikit ditekukBrahma Yogacarai. Kaki kiri geser kekiri segaris “ K. Kangkang “, tubuh rendah dan dada dibusungkan. Kedua tangan mekar. Keduanya gerakan memutar arah “ luar-bawah-dalam, lalu keduanya secara bersamaan gerakan lurus keatas , sikut sedikit ditekuk, tapak diatas, jari diluar, mata memandang lurus Kaki kanan geser kekiri segaris melalui belakang kaki kiri “ K. Silang “ tubuh rendah dan dada dibusungkan. Kedua tangan mekar, secara bersamaan gerakan keatas, sikut sedikit ditekuk, tapak diatas jari diluar, mata memandang lurus Kaki kiri geser kekiri segaris melewati kaki kanan tekuk kaki kanan lurus “ K. Doyong Kesamping Kiri”, tubuh rendah dan doyong kekiri, dada dibusungkan . kedua tangan mekar secara bersamaan gerakan keatas, tapak diatas, jari dibelakang, mata memandang lurus Kemudian mundur tiga langkah, diawali kaki kanan lalul kaki kiri kembali kaki kanan. Posisi akhir kaki kanan dibelakang tekuk. Kaki kiri didepan lurus “ K. Doyong Kesamping kanan “, tubuh rendah dan doyong kebelakang dada dibusungkan. Kedua tangan mekar secara bersamaan tangan kanan keatas tapak diatas, jari dikiri dan tanagn kiri kedepan tapak didepan, jari diatas, mata memandang Yogacarai. Kaki rapat , tubuh berdiri tegak. Kedua tangan mekar putar arah ” Atas-luar-bawah-dalam-atas”, lalu membentuk cakupan didepan dada. Selanjutnya cakupan tangan gerakan lurus keatas-membuka keluar-lurus kesaming-lurus kebawah-Tapak bersusun didepan pusar kanan diatas- tapak tangan diangkat setinggi dada. Selanjutnya kedua tangan dorong kedepan setinggi dada, ujung ibu jari bersentuhan, ujung telunjuk saling bersentuhan membentuk segi tiga kedua jari tengah, jari manis, kelingking Kaki kiri geser segaris tekuk, kaki kanan lurus ” K. Doyong Kesamping kiri “, tubuh rendah dan doyong kekiri dada dibusungkan. Kedua tangan mekar secara bersamaan gerakan keatas, tapak diatas, jari disamping , mata memandang kaki kanan angkat, tubuh hadap kiri , tubuh membungkuk kedepan lutut kanan mendekati dada. Kedua tangan mekar, keduanya gerakan kebelakng, tapak dibelakng, jari dibawah, mata memandang kedepan Kaki kanan turunkan didepan, lalu kaki kiri maju selangkah tekuk, kaki kanan dibelakang lurus ” K. Doyong Kedepan “, tubuh rendah dan doyong kedepan, dada dibusungkan, kedua tangan mekar secara bersamaan gerakan kedepan, tapak didepan agak kedalam, jari dibawah, mata memandang lurus kedepan.
{hinduloka} $title={Daftar Isi} Lontar Cakragni adalah lontar yang menguraikan masalah penyakit dan pengobatan. Di dalam Lontar Cakragni di uraikan baik mengenai penyakit, cara penyembuhan, sarana yang dipergunakan maupun hubungan penyakit dengan pengobatan, dalam Lontar Cakragni juga memuat berbagai hal tentang pendidikan baik dari aspek pendidikan tattwa, etika dan aspek pengobatan dalam Lontar Cakragni menggunakan kekuatan-kekuatan api yang terdapat dalam organ tubuh manusia. Lontar ini menguraikan tentang tata cara mengobati penyakit mulai dari jenis penyakit, sarana obat serta doa-doanya mantra-mantranya. Lontar Cakragni menyinggung pula nama-nama penyakit antara lain penyakit tiwang, badan panas, tuju, jampi, sakit perut, kena upas warangan, bebahi dan sebagainya. Lontar Cakragni menguraikan tentang nama-nama api serta kegunaan dari api tersebut dalam tubuh manusia, menyebutkan tentang nama Dewata Nawa Sanga yang mengirimkan berbagai jenis penyakit, juga menguraikan tentang tata cara dalam mempergunakan jimat, tetapi dalam penelitian ini hanya membahas tentang hal-hal yang berhubungan dengan pendidikan saja terutama pendidikan tattwa, etika, dan ritual yang dianggap sebagai kerangka dasar dalam agama Hindu. Tattwa dalam Lontar CakragniLontar Cakragni menjelaskan stana atau tempat Agni di Bhuana Alit atau mikrokosmos, mikrokosmos diartikan sebagai badan manusia, penjelasannya adalah sebagai berikut Ih yan aku anglekasang Cakragni Wisesa, anggeseng satru, anggeseng gering, tka geseng lingsem, lebur. Ong Gni Pritiwi ring tlapakan batisku, Gni Kumang-mang ring cocan batisku, Gni Bongol ring betekan batisku,, Gni Baga ring entudku, Gni Wurung ring pahanku, Gni Wutik ring purusku, Gni Buged ring pungsesdku, Gni Kembar ring susunku, Gni Wisesa ring tlapakan limanku, Gni Murub ring cangkemku, Gni Mandi ring ilatku, Gni Bayu ring irungku, Gni Kwera ring karnanku, Gni Cakra buwana ring suryanku, Gni Agung ring pangadeganku, endih aku murub angebekin jagat, trus menek trus bila aku mengeluarkan ajian Cakragni Wisesa akan dapat membakar musuh, membakar wabah, semuanya hangus Gni Pritiwi pada bagian telapak kakiku, Gni Kumang-mang pada mata kakiku, Gni Bongol pada betisku, Gni Baga pada lututku, Gni Wurung pada pahaku, Gni Wutik pada kelaminku, Gni Buged pada pusarku, Gni Kembar pada payudaraku, Gni Wisesa pada telapak tanganku, Gni Murub pada mulutku, Gni Mandi pada lidahku, Gni Bayu pada hidungku, Gni Kwera pada telingaku, Gni Cakra Buwana pada mataku, Gni Agung pada seluruh tubuhku, nyalaku berkobar-kobar memenuhi dunia, terus naik, terus turun.Cakragni, lp1bMenyimak uraian di atas, dijelaskan bahwa Tuhan atau bagian-bagiannya, yaitu para dewa dalam hal ini sebagai manifestasinya di stanakan dalam badan, bahkan ketentuannya hampir sama dengan stana para dewa di alam makrokosmos alam semesta. Jadi dapat di tarik suatu benang merah bahwa Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit sama-sama diciptakan oleh Tuhan Sanghyang Widhi Wasa, dengan demikian jelaslah bahwa para dewa bukan saja berstana di Bhuwana Agung melainkan juga di Bhuwana Alit. Karena itu sebagai umat beragama hendaknya mengerti akan fungsi dan peranan dari Dewata Nawa Sanga yang bersemayam dalam badan manusia, seperti apa yang telah diuraiakan dalam Lontar Cakragni bahwa Dewa Agni mempunyai peranan dan fungsi sangat penting untuk menghancurkan musuh yang datang dari luar yang bermaksud jahat dan ingin mencelakakan, dan dapat dipergunakan untuk menolong orang yang sedang sakit. Adapun mengenai dewa-dewa yang termuat dalam Lontar Cakragni adalah sebagai berikut Sanghyang Gni Anglayang, Sanghayang Durga, Sanghyang Siwa, Bhatara Kala dan Bhatara Guru sedangkan Dewa Siwa juga disembah sebagai guru di dunia, ini merupakan simbol-simbol yang dipergunakan dalam pemujaan terhadap manifestasi Tuhan khususnya tentang hal yang berkaitan dengan pencarian realitas dan manifestasi dari realitas itu sendiri. Dengan menstanakan Dewa Agni yang disamakan dengan Brahma, kemudian dihubungkan dengan panca aksara yaitu Sang yang memiliki arti api putih, berada di jantung, Bang memiliki arti api merah berada di hati, Tang memiliki arti api kuning, berada di ginjal, Ang memiliki arti api hitam, berada di hidung, Ing memiliki warna api panca warna, berada pada rambut Jadi dapat di artikan bahwa dalam tubuh manusia terdapat kekuatan Tuhan yang luar biasa besar dan jika pergunakan dengan baik maka, akan mampu mencapai beliau dalam penyatuan. Lontar Cakragni menjelaskan tentang dewa-dewa yang dipuja dalam melakukan suatu pengobatan yang dilakukan oleh seseorang balian agar tetap dalam lindungannya, adapun dewa-dewa yang dipuja dalam melakukan pengobatan ialah Panyaak, sa., widu bayu, maOng Durga punah, getih punah, banyeh teke saak, saluiring mati, sa, yeh klungah tahapakena maOng Sanghyang Siwa Sabrata, ana urip, pada urip kabeh, jumeneng ana sakti, mala, sa., isin jong, pinipis, yeh arak, tahapakna muah puhakna ring irung nia, ma Ong Sanghyang Gni Anglayang aku amugpug, amunah, anggeseng tuju tluh tranjana, sakwehing tuju, satus dualapan, tri mala, panca mala,dasa malaning hyang, mala sudamala, aku Sanghyang Gni Anglayang, apan aku paranta anglukat tri mala, panca mala, dasamala ning hyang, mala sudamala, aku Sanghyang Gni Anglayang, amupug, amunah angeseng malane si anu,Ong aku paranta anglukatmalane sianu, mulih kang jati ening jati, lah poma, 3. sa, lurungan, apunakna,caru alit ring bau, yen lara dibau ring tengen dewa anglaranin, yen lara ring bahu kiwa, pepasangan alaranin,Sa., lenge pitung lawang ma.,Ong Bhatara Mala ngawe meru tumpang pitu, Batara Guru nyaluk penyak agung, tuju tiwang mapupul, tuju getih teke saak, 3,Ong idep aku Batara Guru amugpug, amunah tuju, sakwehning tiwang, tuju ajung, duang jong, tri jong, catur jong, panca jong, sad jong, tuju jong, dlapan jong, smilan jong , dasa jong, wastu aku teke lukat, 3, Ong idep aku Batara Guru anglukat salarane si anu ring bau, dasa mala, dwi mala, tri mala, catur mala, panca mala, sad mala, tujuh mala, dlapan mala, smilan mala, ike malaning hyang, pinakeng ngulun wastu aku mulih jati ening pada ening, lah poma, 3. Artinya Untuk menghilangkan penyakit penyaak sarananya Widu bayu,mantranya Ong Durgha punah getih punah, banyeh teka saak, 3. obat segala penyakit yang air kelapa muda klungah diminumkan, mantra Ong Sang Hyang Siwa Sabhrata, ana urip, pada urip kabeh, jumeneng ana sakti, 3. Obat mala, alat isi perahu, pinipis, air arak minumkan dan tutuhkan pada hidungnya,mantra Ong Sang Hyang Gni Anglayang aku amugpug, amunah, anggeseng tuju tluh tranjana, sakwehing tuju, satus dualapan, tri mala, panca mala,dasa malaning hyang, mala sudamala, aku Sanghyang Gni Anglayang, apan aku paranta anglukat tri mala, panca mala, dasamala ning hyang, mala sudamala, aku Sanghyang Gni Anglayang, amupug, amunah angeseng malane si anu, Ong aku paranta anglukatmalane sianu, mulih kang jati ening jati, lah poma, lurungan, dipakai sebagai minyak rambut, caru alit pada bahu, bila sakit pada bahu sebelah kanan dewa yang menyebabkan sakit tesebut, kalau sakit pada bahu sebelah kiri, pepasangan yang menyebabkan, Alat lenga tujuh potong,Mantra Ong Bhatara Mala ngawe meru tumpang pitu, Batara Guru nyaluk penyak agung, tuju tiwang mapupul, tuju getih teke saak, 3, Ong idep aku Batara Guru amugpug, amunah tuju, sakwehning tiwang, tuju ajung, duang jong, tri jong, catur jong, panca jong, sad jong, tuju jong, dlapan jong, smilan jong , dasa jong, wastu aku teke lukat, 3, Ong idep aku Batara Guru anglukat salarane si anu ring bau, dasa mala, dwi mala, tri mala, catur mala, panca mala, sad mala, tujuh mala, dlapan mala, smilan mala, ike malaning hyang, pinakeng ngulun wastu aku mulih jati ening pada ening, lah poma, 3. Cakragni, lp3a-4a.Dewata Nawa Sanga yang bersemayam dalam tubuh serta dilengkapi dengan kekuatannya memberikan perlindungan disaat para penyembahnya mengalami gangguan. Dengan kata Tuhan bersemayam dalam badan, merupakan suatu dasar pertimbangan dari pola pikir bahwa dalam badan manusia dihuni oleh para dewa. Tetapi pemikiran demikian itu harus didasari dengan tingkat Wiweka agar dapat merealisasikan segala daya kekuatan dan tidak menjadi manusia kedewan-dewan akibat pemikiran yang terlalu pelik bahwa Tuhan berstana dalam badan manusia. Sebagai seorang yang ahli dalam mengobati balian, dalam memberikan pertolongan tidak cukup hanya dengan menggunakan sarana saja, namun tetap memerlukan bantuan kekuatan-kekuatan Tuhan agar tetap terlindungi. Dengan mengucapkan kata Om Ong, berarti seorang balian mengakui sebagai manusia tidak dapat berbuat sekehendak hati, oleh karena itu sangatlah perlu untuk memuja beliau karena dengan kekuatan-Nya pula balian mendapatkan suatu perlindungan, dan sadar bahwa setiap makhluk dalam dunia ini adalah bagian dari Tuhan Ida Sanghyang Widhi sebagai makhluk ciptaannya. Ajaran etika dalam Lontar Cakragni merupakan ajaran yang mengandung aspek etika yang sangat mandasar seperti membuka, menutup, merubah huruf dan lain-lain. Inilah yang dikatakan sebagai dasar ajaran etika, artinya segala sesuatu yang para penyembahnya lakukan atau yang para penyembahnya kerjakan harus didahului dengan berdoa, karena dengan doa para penyembahnya akan mendapatkan pengampunan sekaligus perlindungan dari Ida Sanghyang Widhi Wasa. Dalam Lontar Cakragni termuat ajaran seperti di bawah ini Pamuka, ma.,Ong Naga Raja, lukar ya nama panglukar lontar, ma.,Ong Awignam astu nama amaca amusti, ma.,Ong pakulun sira paduka batara manira, dewa pada dewa, manusa minta mtukagunan kaprabon manawa salah surup sih, manusa nalinin pustaka, ma.,Ong Naga Raja amilat ya namah nyurat, sa., toya ring sibuh, ma.,Ong sanghyang Siwa ring kundi manik, ati tetes sariraning wenang kabeh ilangankna kang ajuta, kerik kapurna jati, tka ening, ening, Pamuka, Mantra Ong Naga Raja, lukar ya nama pembuka lontar, mantra Ong Awignam astu nama dalam membacaOng pakulun sira paduka batara manira, dewa pada dewa, manusa minta mtukagunan kaprabon manawa salah surup sih, manusa mengikat pustaka Ong Naga Raja amilat ya namah menulis., alat air pada sibuh, mantra, Ong sanghyang Siwa ring kundi manik, ati tetes sariraning wenang kabeh ilangankna kang ajuta, kerik kapurna jati, tka ening, ening, ening.Cakragni, lp4b-5bIti tuturing aji, yan sira durung wruh ring tutur iki aja sira hakikat tutur sastra, bila anda belum paham pada tutur ini, jangan anda menulis,Cakragni, lp, 5b.Ritual dalam Lontar CakragniAku sanghyang gni anglayang, apan aku paranta anglukat, tri mala, panca mala, dasa malaning hyang, mala sudamala, aku sanghyang Gni Anglayang, amugpug, amunah, angeseng, malane si anu, Ong aku parante anglukat malane si anu, mulih kang jati ening jati, lah poma, 3. Sa. Lenge lurungan, apunakna, caru alit sagnepaCakragni, lp3bSeorang balian dalam melakukan pengobatan tidak cukup mempergunakan sarana berupa obat-obatan saja, tetapi perlu juga melakukan pembersihan melalui penglukatan yang disertai dengan bebanten upakara yang berbentuk pecaruan kecil dimana dilengkapi dengan eteh-eteh pesegehan selengkapnya. Jika dilihat dari segi etika, tattwa, ajaran cakragni memberi pelajaran bagaimana menstanakan Tuhan dalam badan sesuai dengan ajaran yang terkandung dalam agama Hindu yaitu Tuhan memiliki sifat imanent.
Abstract Ekspresi wajah manusia dengan berbagai karakter dan dinamikanya nampak menunjukkan ekspresi yang bermacam-macam, ada yang sedih, gembira, senang, dan masih banyak misteri lain yang ada pada karakter wajah manusia. Wajah banyak saya temui di tempat-tempat umum, di terminal, di rumah sakit, di pasar, di sekolah, di kantor dan sering pula wajah manusia tampak pada layar kaca elektonik TV, koran, majalah, buku-buku. Ekspresi wajah manusia dalam ikon visual Dewata Nawa Sanga, Hindu Bali, yang dilukiskan dalam bentuk wayang, menjadi stimulasi dalam penciptaan karya seni lukis. Transformasi ekspresi wajah yang muncul dalam karakter visual wayang Dewata Nawa Sanga tersebut berpotensi mampu menjadi stimulasi dalam menciptakan berbagai karya seni lukis baru dengan bahan mixed media. Reinterprestasi visual di Balik karakter Dewata Nawa Sanga, yang memiliki atribut, karakter, bentuk, warna, senjata, kendaraan, mempunyai pesan moral terhadap umat manusia agar selalu berpikir, berkata, berbuat baik terhadap sesama manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan, di mana pun mereka berada. Esensinya adalah nilai-nilai luhur agama harus dipahami, diresapi, dan dimengerti untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sebagai wujud dari perilaku dharma. Perilaku dharma manusia akan tercermin pada watak dan sifat antara lain, satwan, rajas, tamas. Sifat dan watak itu, sebagai karakter yang tercermin pada ekspresi wajah manusia, yang kemudian direinterpretasikan sesuai dengan konsep penciptaan, konsep bentuk, penggunaan media dan teknik yang sesuai dengan kebutuhan kreatifitas.
Ilustrasi Dewata Nawa Sanga. Foto Pixabay. Agama Hindu mengenal adanya banyak dewa yang berperan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Dalam Hindu Bali, terdapat kepercayaan tentang konsep dewa yang disebut Dewata Nawa dari buku Hindu Nusantara Antara Tradisi dan Upacara oleh I Putu Ariyasa Darmawan, dkk., Dewata Nawa Sanga merupakan wujud dari simbol swastika. Simbol ini digambarkan dengan bunga Teratai yang kembangnya bercabang delapan dengan dua garis silang dan tengah seperti arah mata Dewata Nawa Sanga diartikan sebagai sembilan dewa yang menguasai penjuru mata angin. Dewa-dewa tersebut mempunyai representasi dan ciri khas yang membedakannya dengan dewa-dewa lainnya. Nah, untuk mengenal lebih jauh sembilan dewa dalam Dewata Nawa Sanga, simak uraian berikut!Nama-Nama Dewa dalam Konsep Dewata Nawa SangaIlustrasi Dewata Nawa Sanga. Foto Pinterest. Berikut adalah nama sembilan dewa dalam Dewata Nawa Sanga beserta kedudukannya dikutip dari merupakan dewa penguasa arah Timur. Dewa ini memiliki senjata yang dinamakan bajra dan memiliki tunggangan gajah putih. Ia disimbolkan dengan warna putih dan memiliki urip atau lima implementasinya, Dewa Iswara dipuja di sebuah tempat suci yang terletak di puncak Gunung Lempuyang, Kabupaten Karangasem, menghadap ke Laut Bali di sebelah adalah dewa yang berkedudukan di Tenggara dengan simbol warna merah muda, memiliki senjata dupa dan urip delapan. Sakti dari Dewa Maheswara adalah Dewi Laksmi. Sedangkan implementasinya, Dewa Maheswara dipuja di pura suci yang dikenal dengan nama Goa Lawah di Kabupaten Brahma memiliki kekuasaan di Selatan. Ia disimbolkan dengan warna merah dan dipercayai memiliki senjata gada dan tunggangan angsa. Sementara itu, sakti dari Dewa Brahma ialah Dewi Saraswati. Dalam implementasinya di Bali, Dewa Brahma dipuja di Pura Andakasa yang letaknya di puncak Gunung Andakasa, Kabupaten adalah dewa yang berkududukan di arah Barat Daya dan disimbolkan dengan warna jingga. Dewa Rudra memiliki senjata bernama moksala dengan tunggangannya seekor kerbau putih. Sedangkan sakti dewa Rudra adalah Dewi Implementasinya, Dewa Rudra memiliki tiga urip. Ia dipuja di Pura Uluwatu Kabupaten Badung, yang terletak di sebuah bukit yang menghadap ke Samudra ini berkedudukan di arah Barat dengan simbol warna kuning. Mahadewa memiliki senjata nagapasa dengan tunggangannya seekor naga. Ia memiliki urip tujuh dan saktinya adalah Dewi implementasinya, Mahadewa dipuja di Pura Batukaru menghadap ke Danau Beratan yang terletak di lereng Gunung Batukaru, Kabupaten adalah dewa yang berkedudukan di arah Barat Laut dengan simbol warna hijau. Ia dipercaya memiliki senjata bernama angkus dengan tunggangannya seekor singa. Sakti dari Dewa Sangkara adalah Dewi Rodri dan memiliki urip implementasinya, masyarakat Hindu Bali memuja Dewa Sangkara di tempat suci yang terletak di puncak Gunung Beratan, Kabupaten Badung. Dewa ini merupakan penguasa arah Timur Laut. Ia memiliki senjata Trisula dengan kendaraannya yang bernama Wilmana. Sakti dari Dewa Sambhu ialah Dewi implementasinya, Dewa Sambhu dipuja di Pura Besakih yang terletak di lereng Gunung Agung, Kabupaten Siwa adalah penguasa di arah tengah dan memiliki senjata bernama Padma. Tunggangannya bernama Lembu Nandini dan sakti Dewa Siwa adalah Dewi implementasinya, ia dipuja di Pura Pusat Besakih di lereng Gunung Agung, Kabupaten Karangasem. Oleh masyarakat Hindu Bali, Dewa Siwa dikenal dengan nama Tri Purusa Parama Siwa, Sada Siwa, atau Siwa WisnuDewa ini berkedudukan di arah Utara dan memilki senjata Cakra Sudarsana. Wisnu memiliki kendaraan bernama Garuda dengan saktinya adalah Dewi Sri. Dalam implementasinya, Dewa Wisnu dipuja di Pura Batur yang terletak di tepi kawah Gunung Batur, Kabupaten Bangli, yang menghadap ke Danau Batur.
dewata nawa sanga dalam tubuh manusia